Selasa, 30 November 2010

SEBUAH NASEHAT

Beberapa hari yang lalu, saya dan beberapa teman mengobrol. Tentang apa? Awalnya hanya obrolan tidak bermutu yang diawali dengan curhatan saya *dasar tukang curhat* yang berlanjut menjadi obrolan ngalor-ngidul. Kami empat manusia yang tentu saja memiliki karakter berbeda, tapi sepertinya memiliki satu persamaan, ingin menikmati hidup dengan caranya masing-masing. Mungkin itu kodrat semua manusia ya, tapi setelah obrolan panjang kami yang saya rasa membuka wawasan saya tentang banyak hal, saya jadi berpikir mengenai lebih banyak hal lagi. Misalnya ketika salah seorang dari kami mengeluarkan bukunya dan ingin menunjukkan kepada kami mengenai kalimat yang ia baca di situ. Judulnya Falsafah Manusia oleh Zainal Abidin. Saya bahkan tak pernah membuka buku seperti itu sebelumnya, tapi saya langsung terhenyak ketika mendengarkan dia berkata, dengan suaranya yang lembut, begini: “Manusia pada prinsipnya adalah makhluk bebas dan berkuasa penuh atas eksistensinya sendiri dan masa depannya. Maka dalam batas-batas tertentu kekuatan dari luar yang membelenggu kebebasan manusia harus segera dipatahkan”. Saat itulah saya sadar, bahwa saya masih belum bisa mematahkan semua yang membelenggu saya dari impian, dari hal-hal yang saya sukai, dari bayangan saya akan menjadi seperti apa saya kelak. Kalau belenggu itu adalah diri saya sendiri, maka lebih baik segera sadarlah saya. Dan apabila belenggu itu adalah orang lain, semoga semua akan baik-baik saja.

Kadang obrolan-obrolan non formal yang terjadi sehari-hari dapat merubah hidup seseorang. Ada seorang teman saya yang bahkan mengatakan bahwa semua hal bisa diselesaikan di meja makan. Sederhana sekali bukan. Tetapi tentu semua ada batasnya. Jangan menelan mentah-mentah semua yang dikatakan oleh orang lain. Karena pada akhirnya hati kita sendirilah yang memutuskan. Karena hati adalah kepanjangan tangan Tuhan, kata Mario Teguh :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar